Sebuah kisah nyata yang terjadi di
negerinya Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya, diantaranya :
1. Kebenaran Islam yang nyata,
2. Sangat beratnya timbangan kalimat syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,
4.Dsb.
2. Sangat beratnya timbangan kalimat syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,
4.Dsb.
Simak saja kisahnya… Satu gereja
masuk Islam benarkah? Semoga ALLAH mengijinkan kita menjadi pemuda seperti
beliau, Amiiin….. Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika
Rabu, 22 Februari 06 Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan
bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat
oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar,
ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan
dengan salah seorang Nasrani.Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan
semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua
berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah
gerejayang terdapat di kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut
masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan, namun karena ia terus mendesak
akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja
dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.
Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan
lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat
kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap
ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta
tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming
dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari
sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di
ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya
seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.”
Kemudian ia beranjak hendak keluar, namun sang pendeta ingin memanfaatkan
keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya
untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda
muslim itupun menerima tantangan debat tersebut. Sang pendeta berkata, “Aku
akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan
tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silahkan! Sang pendeta pun mulai
bertanya,
1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,